Jumat, 15 Juli 2016

Makalah Teknologi Dalam Dunia Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli
Nana Syaodih S. menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dahulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.

Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.

Makalah Pemerintahan Pada Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Fungsi politik adalah melakukan perumusan kehendak/kemauan dari Negara (the formulation of the will of the state). Dengan demikian politik itu bersangkut paut dengan Negara dan dengan sendirinya juga bersangkut paut dengan pemerintahan dan kekuasaan. Sebaliknya dengan fungsi, Administrasi Negara merupakan usaha-usaha melaksanakaan kehendak dari pada Negara (the execution of the will of the state).



Layaknya seorang pemimpin, SBY banyak mendapatkan penilaian, kesan dan kritik publik. Dalam berbagai media dan kesan banyak pengamat, SBY adalah sosok pemimpin yang peragu, lamban dan tidak desisive. Oleh karena itu, menurut mereka, SBY dianggap tidak cocok untuk meminpin negara yang masih tertimpa krisis seperti Indonesia.

Analisis Novel Sepatu Dahlan


1.      IDENTIFIKASI NOVEL
Judul                           : Sepatu Dahlan
Pengarang                   : Khrisna Pabichara
Penerbit                       : Noura Books (Mizan Publika)
Cetakan                       : Pertama
Tahun Terbit               : Mei, 2012
Tempat Terbit             : Jakarta
Tebal Buku                 : 390 halaman ;14 cm x 21 cm


2.      UNSUR INTRINSIK
a.       Tema                     : Tema dalam novel ini yaitu Impian atau cita-cita. Secara umum dalam novel ini pengarang ingin mengungkapkan masalah sosial khususnya kemampuan seseorang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya dengan menempuh berbagai cara.

Makalah Konsep Dasar Geografi dan Sejarah

A. Geografi
1.        Pengertian Geografi
Dari asal katanya, geografi itu berakar dari kata geo berarti bumi, dan graphein berarti tulisan atau lukisan. Oleh karena itu secara harfiah, geografi itu berarti lukisan tentang bumi. Untuk jelasnya, marilah kita ikuti konsep geografi, menurut Council of The Geographical Association (1919), sebagai berikut:

Geografi berkenaan dengan dunia nyata, dunia yang dipelajari seseorang dengan baik melalui sol sepatu atau kaki telanjang, dan melalui lukisan atau gambar atau cara lain. Namun demikian, penelaahan geografi tidak berakhir pada hal-hal yang terlihat dari luar. Penelaahan tersebut meliputi juga sebab-akibat mengapa dunia nyata tersebut menampakkan demikian yang dipandang sebagai keseluruhan yang menghubungkan bagian-bagian yang telah menjadi apa adanya. Hal itu meliputi hubungan dengan ilmu kealaman. Berkenaan dengan cara bagaimana hal-hal tadi telah mempengaruhi manusia, dan kebalikkannya telah dimodifikasi, diubah dan diadaptasi oleh tindakan manusia (Williams, M., editor : 1976 : 16).

Makalah Life Skills

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar Life Skills
      1.    Definisi Life Skills
Life skills dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup adalah keterampilan untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya.


Berikut ini terdapat beberapa definisi life skills dari para ahli, diantaranya:
a.    Menurut Broling (1989) “life skills“ adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Asal Usul Nama Gunung Senujuh

ASAL USUL NAMA GUNUNG SENUJUH


Pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan milik orang-orang suku Dayak yang bernama Kembang Sari di pedalaman Binua Bantanan sebelah timur Kota Sekura, Ibukota Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Raja pemimpin kerajaan itu memiliki tujuh orang putri. Namun sayang, ibu dari anak-anaknya itu meninggal dunia saat si Bungsu masih kecil.

Di antara ketujuh putri raja, anak yang paling bungsu adalah yang tercantik. Selain rupawan, si Bungsu juga memiliki budi pekerti yang luhur, rajin, suka menolong, dan taat kepada orang tua. Lain halnya dengan keenam kakaknya, perilaku mereka amat buruk. Mereka memiliki sifat angkuh, pemalas, dan suka membantah. Tidak mengherankan jika sang Ayah lebih sayang dan memanjakan si Bungsu.

Rupanya, perlakuan sang Ayah terhadap si Bungsu membuat keenam kakaknya menjadi iri hati dan benci kepada adiknya. Setiap kali sang Ayah tidak berada di istana, mereka melampiaskan kebenciannya kepada si Bungsu dengan memerintahnya sesuka hati mereka. Bahkan, mereka tidak segan-segan memukulnya. Si Bungsu menjadi takut kepada kakak-kakaknya dan terpaksa menuruti semua perintah yang diberikan kepadanya.

Hingga suatu hari, keenam putri raja itu berniat mencelakai si Bungsu dengan mengajaknya mencari ikan di Gua Batu. Di dalam gua itu terdapat aliran-aliran sungai kecil yang banyak ikannya. Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata di dalam gua itu juga tinggal seorang kakek yang sakti.

Saat mereka tiba di gua itu, si Bungsu pun disuruh masuk terlebih dahulu menyusuri lorong-lorong gua. Ketika ia telah jauh masuk ke dalam, justru kakak-kakaknya pergi meninggalkannya. Maka, tinggallah si Bungsu seorang diri di dalam gua. Suasana gua yang gelap gulita membuat si Bungsu tersesat. Ia pun hanya bisa menangis siang dan malam.

Setelah tujuh hari berada di dalam gua itu, tiba-tiba si Bungsu mendengar suara gemuruh yang menggelegar seolah-olah hendak meruntuhkan dinding-dinding gua. Ia pun menjerit-jerit ketakutan. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seorang kakek tua muncul di hadapannya.

Si Bungsu pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga berada di dalam gua itu seorang diri sambil meneteskan air mata. Mendengar cerita itu, kakek itu pun merasa iba kepadanya. Dengan kesaktiannya, kakek itu mengubah setiap tetesan air mata si Bungsu menjadi telur putih yang besar dan berjumlah banyak. Selang beberapa saat kemudian, kedua tangan si Bungsu perlahan-lahan ditumbuhi bulu dan kemudian berubah menjadi burung ruai.

SINGKAT CERITA, jelmaan putri bungsu (burung ruai) tinggal di gunung yang tidak jauh dari istana. Putri bungsu ditemani oleh beberapa kawanan burung yang telah ia erami di dalam gua. Hingga pada suatu hari, sang Raja pergi berburu ke gunung bersama para hulubalangnya. Dengan berbekal sumpit, sang Raja dengan semangat mencari buruannya.

Tiba-tiba mata sang Raja tertuju pada pohon besar yang tidak jauh darinya, dengan cekatan sang Raja langsung menyumpit seekor burung ruai di atas pohon besar tersebut. Ia menyumpit berkali-kali dan akhirnya kena sasaran, tetapi target buruannya tidak mati.

Hari semakin petang, sang Raja beserta hulubalangnya pulang ke istana dengan membawa hasil buruannya. Sesampai di istana, sang Raja pun langsung merawat burung ruai hasil buruannya hingga tertidur. Di dalam tidurnya Ia bermimpi, bahwa burung yang ia tangkap adalah manusia biasa dan puteri ketujuh raja. Dalam mimpi puteri bungsu meminta untuk dihantarkan kembali ke tempat semula di gunung.

Keesokan harinya, sang Raja langsung menuruti permintaan sang burung tersebut dengan membawanya kembali ke tempat dimana Ia menemukan burung ruai tersebut. Kebetulan gunung tersebut belum mempunyai nama, akhirnya sang Raja menamakan gunung itu dengan Gunung Senujuh.

Kamis, 14 Juli 2016

Makalah Hakikat, Ciri, dan Komponen Belajar Mengajar

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hakikat Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. 


Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi mental dan fikirannya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.